What to do in Gili Trawangan, Lombok, NTB – Indonesia

Beberapa bulan yang lalu, saya dan beberapa kawan saya berwisata ke Gili Trawangan. Ini adalah trip pertama saya ke Gili Trawangan, Nusa Tenggara Barat. Karena trip pertama, makanya saya cukup antusias untuk cari tau tentang apa yang bisa saya lakukan di sana, hehehe… Ternyata setelah dijalani ke sana langsung, saya menyimpulkan ada TIGA hal utama yang harus kamu lakukan selama di Gili Trawangan.

Gili Trawangan, Lombok, NTB – Indonesia


Apa saja sih?

PERTAMA adalah lupakan diet, timbangan, dan segala hal terkait karena di Gili Trawangan itu kamu bisa bangeeet wisata kuliner!! Mayoritas resto memang menawarkan kuliner khas mancanegara terutama Eropa yang paling banyak ditemui ya semacam pizza, burger, dan salad.

img_8321

Must try: Cheese-nya mantap!!

img_8391

Burger ala Manta Dive

img_8670

Salad ala Bamboo Restaurant

img_1781

Scallywags.. ini juga must try! πŸ™‚

Pecinta seafood segar ga boleh melewatkan resto Scallywags! Dibandingkan resto lainnya memang mereka patok harga agak mahal tapi buat saya it’s worth every penny :))

Ada juga resto atau warung makan yang menyediakan menu khas Masakan Sasak Lombok. Berkat informasi seorang teman yang antusias, kami berhasil menemukan warung Ibu DewiΒ yang lokasinya agak melosok dekat dermaga. Apa istimewanya? Konon kabarnya, warung ibu DewiΒ yang menjual masakan khas Sasak dengan harga ala warteg di Pulau Jawa ini sudah mendunia, beberapa kali diliput di media nasional apalagi setelah membantu memasok catering untuk film Arisan-nya Nia Dinata. Rasa masakannya pun maknyusss! Highly recommended!!

KEDUA adalah bakar kalori. Sesiap apapun kamu untuk naik berat badannya, di sini, jangan lewatkan kesempatan untuk bakar kalori dengan cara yang paling asik! Paling gampang mah jalan kaki. Kamu anaknya males banget buat jalan kaki? Kamu bisa sewa sepeda biar bisa kemana-mana ga pake jalan kaki. Memang, di Gili Trawangan ini, transportasinya Cuma ada tiga cara: jalan kaki, naik sepeda (disewakan harian sekitar 25-50rb/day), atau naik cidomo (di Pulau Jawa lebih dikenal dengan nama Andong atau Delman).

Saya ga terlalu menyarankan untuk sering-sering naik cidomo karena cukup mahal (kisaran 75 – 150rb sekali jalan, tergantung jarak). Lagipula, jalan utama di Gili Trawangan ini sangat ramah buat pejalan kaki maupun pesepeda. Ga ada trotoar atau jalur khusus sih tapi cukup memanjakan pejalan kaki atau pesepeda. Gimana ga manjain kalau tiap seratus meter atau kurang, kita bisa nemuin Gelato shop?!? 20-25rb per scoop sajaaaa…. Hahaha… Jadi makan lagi deh… πŸ˜€

Mau bakar kalori beneran? Gili Trawangan adalah tempat yang sangat kondusif untuk olahraga air! Yess, mayoritas penginapan di sini punya pool sendiri. Tapi masak udah ke pulau begini ga main di pantai atau laut sih? Ya terserah mood lah.. Mau berenang di kolam renang, ada. Mau berenang di pinggir pantai ya tinggal jalan kaki/naik sepeda.

Mau snorkeling atau diving di sekitar Gili pun aksesnya mudah. Banyak banget operator snorkeling atau diving di Gili Trawangan yang menawarkan paketan maupun ala carte ataupun jasa trip harian. Sila dipilih yang sesuai mood dan kantong, tentunya πŸ˜‰

Selain itu, beberapa tempat juga membuka kelas Yoga maupun olahraga lainnya seperti kano dan sebagainya.

KETIGA ya yang namanya liburan biasanya maunya santai ya… Jangan lupa enjoy your holiday, relax and chillin. Bar hoping ataupun hanya sekedar duduk duduk di beanbag pinggir pantai sambil nikmatin semilir angin dan suara ombak plus nonton layar tancep pun bisa dilakukan di Gili Trawangan. Seru kan!

Itinerary Divetrip ke Wakatobi (Tomia Island), Indonesia

Kali ini saya akan bercerita mengenai detail itinerary dan juga biaya yang saya habiskan untuk trip diving ke Wakatobi. Jika ingin menduplikasi trip saya tapi gak pake diving, ya tinggal dikurangi saja biaya divingnya, hehehe… Untuk spot snorkeling kurang lebih sama dengan spot diving, beda kedalaman dan perlengkapannya saja, hehe..

Saya bersama 15 teman jalan saya menggunakan operator travel Kakaban Trip (KT) untuk keseluruhan wisatanya, sedangkan divingnya bekerja sama dengan Tomia Scuba Dive (TSD). Ini kali ketiga kami bekerjasama dengan KT (sebelumnya trip ke Kepulauan Komodo dan Pulau Kei Kecil, rincian kedua trip tersebut bisa dibaca pada postingan saya sebelumnya). Kalau mau kontak ke Kakaban Trip bisa via Instagramnya @KakabanTrip atau ke Tomia Scuba Dive bisa langsung Whatsapp or telp ke dr Yudi +6282187877751 atau check on http://www.tomiascubadive.com

Trip ini sudah kami rencanakan sejak November 2015 silam (kira-kira 6 bulan sebelum keberangkatan). Perencanaan dan booking dari jauh hari sangat disarankan, apalagi jika berencana trip di tanggal long weekend/high season! Karena di Pulau Tomia belum banyak penginapan. Siapa cepat dia dapat. Kami nyaris tidak mendapatkan penginapan. Akhirnya kami ber 16 ini pun harus rela dibagi dua kelompok yang diinapkan di dua penginapan yang berbeda.

Satu hal yang rada saya sesali di trip ini adalah saat itu saya kurang optimal mempersiapkan camera gear! Padahal…duh, viewnya breathtaking banget! So, saya sarankan, kalau DSLR atau mirror-less terlalu serius or berat buat lu ajak serta, paling tidak bawalah GoPro atau action-cam merek lainnya. Aselik, gak bawah lautnya, ga atas langitnya……phew! TOP MARKOTOB!! πŸ˜€

Biaya trip ke wakatobi ini dibanderol oleh KT sebesar 5,750,000 (tidak termasuk tiket pesawat PP). Memang kami yang meminta agar biaya trip di luar tiket pesawat agar kami lebih leluasa mengatur jam dan maskapai serta luwes menyesuaikan dengan agenda tersendiri setelah trip Wakatobi ini. Untuk biaya divingnya sendiri sekitar 3,400,000 untuk 7 kali dive selama dua hari.

Biaya tiket pesawat Lion Air dan Wings Air dari Jakarta-Wangiwangi dengan dua kali transit di Makassar dan Kendari sebesar Rp 1,600,000 – Rp 2,200,000. Itu untuk satu kali jalan. Baliknya kami menggunakan Wings Air dari Wangiwangi ke Makassar dengan satu kali transit di Kendari seharga Rp 800,000; lalu lanjut dengan Garuda Indonesia dari Makassar ke Jakarta seharga Rp 898,000

Total flight PP Sekitar 3.5 – 4 juta.

Bicara soal perjalanannya sendiri, makan waktu sekitar 16 jam dari rumah saya di Bekasi sampai tiba di penginapan di Pulau Tomia. Lama banget memang, gini rinciannya:

– 1 jam dari rumah Bekasi ke Airport Soetta di tengah malem buta
– 3 jam nunggu boarding pesawatnya
– 2.5 jam terbang dari Jakarta ke Makassar dengan Lion Air
– 2 jam transit di Makassar
– 1 jam terbang dari Makassar ke Kendari dengan Wings Air ATR
– 0.5 jam transit di Kendari
– 1 jam terbang dari Kendari ke Wangiwangi
– 0.5 jam dari Bandara Matohari ke Dermaga Wanci
– 4.5 jam naik perahu motor dari Pulau Wangiwangi ke Pulau Tomia
– 0.5 jam turunin barang-barang, jalan kaki dari dermaga ke penginapan

Phew! Iya, memang sepanjang itu perjalanannya, hehehe…

Jadi hari pertama memang bakalan habis untuk perjalanan saja. Hari kedua ketiga untuk diving dan snorkeling. Sorenya kami main di pantai dan puncak pulau Tomia. Hari keempat island hopping ke Pulau Ndaa di pagi hari dan berkemas kembali ke Pulau Wangiwangi. Kemudian bermalam di Patuno Resort. Hari ke lima, trip Wakatobi selesai. Dari kami ber-enambelas berpisah di Bandara Wangi-Wangi, ada yang lanjut ke Sumbori, ada yang ke Makassar, adapula yang langsung pulang ke Jakarta.

Yaps, That’s it!

Tunggu cerita tentang trip di Wakatobi-nya di postingan selanjutnya. Untuk dokumentasi keindahan Wakatobi bisa ditemukan di akun Instagram saya: @Adzaniah πŸ˜‰

A journey to be a certified PADI Open Water Diver

Awal Maret 2016 akhirnya saya memutuskan untuk apply Open Water Dive course and license. It takes one year from the very first time I took Trial Scuba Diving (TSD) from NAUI and then I took TSD from PADI at the end of 2015.

Saya (dan beberapa teman) berencana trip awal Mei 2016 ke Wakatobi, sebuah kepulauan di Sulawesi Tenggara yang terkenal dengan keindahan bawah lautnya.

Yaps, karena itu lah akhirnya yang mendorong diri saya untuk bergegas ambil license open water. Rasanya agak nanggung ke Wakatobi tapi gak nyelem, hehehe… Meskipun yaaaa, dengan snorkeling aja viewnya udah gila-gilaan bagusnya. Nah, apalagi sampe nyelem lebih dalam, hehehe…

Saya dan teman saya, Vina dan Vania (yang ini baru kenal pas di kelas pertama), ambil course di Bubbles Dive Center yang berlokasi di belakang Lotte Shopping Avenue, Kuningan Jakarta. Mereka punya kolam renang sendiri sedalam 1 dan 7 meter. Nah ini yang jadi salah satu alasan kenapa ambil license di Bubbles, lebih privat dan nyaman. Meski harus merogoh kocek lebih dalam, hehehe.. Untuk paket OWD course sampai dapat licensenya dibanderol seharga IDR 6,3 juta.

Kami mulai kelas pertama di tanggal 20 Maret 2016 dengan Mas Tommy sebagai pengajar alias Dive Master (DM). Kontennya ada tes berenang 200m, ngapung 10 menit, kelas kolam, dan kelas teori di dalam kelas. Selain itu, ada pula materi yang perlu kami pelajari sendiri di luar jam belajar yakni materi di buku panduan dan juga materi berupa video pengajaran yang harus kami tonton. Kelas pertama saya dan Vina lalui dengan lancar (meski badan rasa mau rontok, hehehe… capek bangets, serius!!), sementara Vania masih kurang nyaman dengan mask clearing. Memang, belajar diving dan diving itu sendiri selain soal keamanan, kenyamanan juga tak kalah penting. Segala gear yang nempel ama badan kita diusahakan se-fit mungkin ama kontur badan kita agar pergerakan di dalam air pun bisa mudah dinikmati.

Kelas kedua yang mestinya berlangsung di 26 Maret 2016 tertunda karena ada salah satu dari kami yang tiba-tiba berhalangan. Nah, ini salah satu enak/ga enaknya kursus diving. Karena jumlah peserta sedikit, kita jadi bisa menentukan sendiri jadwalnya. Namun, jika kita ambil kursusnya barengan dengan teman-teman, akan cenderung nyari waktu yang semua pada bisa.

Kelas kedua pun diundur ke tanggal 10 April 2016, namun sayangnya di tanggal tersebut saya malah ga enak badan. Karena alasan mengejar waktu ujian (dengan harapan bisa dapet lisence sebelum saya trip ke Wakatobi), akhirnya kelas tersebut pun tetap diadakan tanpa kehadiran saya. Vina dan Vania pun benar-benar mengasah skill-skill dasar di dalam kolam dan kelas.

Kelas ketiga pun diadakan pada tanggal 18 April 2016 dengan full kelas kolam dan teori dari pagi hingga sore hari, ini akibat saya skip kelas di minggu sebelumnya jadi materi skill pun harus dikebut dengan lebih menitikberatkan pada mengasah skill dasar saya. Di kelas kali ini, salah satu rekan trip saya, Rahma, ikutan kelas untuk refreshment karena dia sudah lama ga diving sebelum nanti turun diving lagi di Wakatobi.

Di kelas ketiga ini, saya pribadi betul-betul kesulitan menguasai beberapa skill seperti ngatur bouyancy sampe bisa netral, hovering susyeee yee..hehehe.. But then, lees than one minute sih akhirnya bisa. Well, iniiii baru di kolam nih yaaa, yang belum ada arus dan lain-lainnya.. Di kelas ketiga ini pula kami dapet bonus belajar free diving! Meskipun udah pernah nyoba-nyoba free dive di kolam renang umum pas belajar ama pacar, tapi tetep aja susyee yee untuk bisa apnea ke dalem trus berenang sebelum akhirnya muncul lagi di permukaan, hehehehe..

Setelah lulus semua uji dan tes teori maupun kolam, pada tanggal 23-24 April 2016, kami pun ujian open water di laut, tepatnya di Pulau Sepa, Kepulauan Seribu. Totalnya akan ada 4 kali dive selama di sana.

Ini cerita yang akan saya ceritakan lebih detail. Karena cerita ini akan bikin kamu-kamu mungkin akan mempertimbangkan lagi dan lagi untuk ambil lisence Diving ini. Here we go!

 

IMG_20160423_133455

Pulau Sepa, Kepulauan Seribu. Lokasi ini memang sering dijadikan tempat ujian diving πŸ™‚

Hari pertama:
Dive 1:
Target: inget semua yang dipelajari di kolam, tenang.. Deep and sloooow… Don’t panic and enjoy the views!

Everything went smoothly. Ga pake mikir. Sanking ga mikirnya, disuruh nempel ama buddy, ya beneran nempel.. Kmana-mana bareng, sampe turun lebih dalam ninggalin Dive Master (DM), Mas Tommy, pun bareng! Hingga akhirnya tetiba bisa mikir, malah ga bisa control buoyancy, naik deh ke permukaan bagai balon udara..berdua juga! Duh, jangan dicontoh ya.. Ini bahaya banget.. Sampe atas, abis lah kami diomelin DM πŸ˜…πŸ˜…

Dive 2:
Target: Jangan jauh-jauh dari Mas Tommy, usahain stay di atasnya dia. Yang ada, gue dan Vina kebanyakan mikir malah ga bs mempertahankan posisi. Boro-boro bisa hovering, bisa gak heboh naik turun aja susah banget! Alhasil kami bergandengan tangan dan makin intim!! Hahahadeeuuuhh… πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚

Di akhir hari, sempat kami, para student, ini menertawakan kelakuan kami. Ngapaiiin coba deh ambil kursus menyelam?! Udah lah mahal (gearsnya, lisencenya, trip divingnya, dll), ribet (bawa alatnya, persiapannya, mesti mikul tabung gas yg super berat mampus gilak, beresin peralatannya stelah diving, dll), bahaya bangeet (well, konon diving itu olahraga beresiko tinggi kedua setelah terjun payung yaa..), musti adaptasinya susah (yoi, biasa napas pake idung, saat diving mesti napas nitrogen pake mulut.. Phew!), dll, dst, dsb..

But, we are at the point of no return! Just go ahead… \m/  πŸ˜‡πŸ™Œ


Hari kedua:
Dive 3:
Target: tenaaanngg…musti bisa hovering pokoknya! Tapi sanking hebohnya, gue jadi boros napas. Tabung awal paling banyak 220lt, tapi paling cepet abis.. Yang lain masih 70-120lt, gue udah 40lt.. Kacau! πŸ˜…πŸ˜‚


Dive 4:
Target: Let it be lah.. πŸ˜… Enjoy aja, jangan kebanyakan mikir.. Deeep and slooooowww….. Dan berkat kesabaran DM gue, mas Tommy, akhirnya berhasil juga gue hovering, meski gayanya juga masih aneh, hahaha… And this was the gong, finally, when we arrived the surface, he said, “Congratulations, you are now a diver!!”


Yeheeeyyyyyy….. πŸŽ‰πŸŽ‰πŸŽ‰πŸŽ‰πŸŽ‰

Akhirnya satu resolusi tahun 2015 saya bisa terealisasi, meski telat setahun, hehehe.. 😁😎

Buat kalian yang kepikiran mau ambil lisence diving, pikirin baik-baik dulu deh.. Ribet dan nyusahin banget, aselik!! Tapiiii, kalo pengen liat keindahan bawah laut dengan mata kepala sendiri, well, it’s worth every penny laahhh…

And, Wakatobi, here we come!!! πŸ˜πŸ˜‡πŸ™ŒπŸŒŠπŸŠ

#OWDlisence #openwater #latepost